Makam Sunan
Giri Gresik
Makam Sunan Giri Gresik berada di
sebuah perbukitan tak terlalu tinggi di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur.
Lokasi Makam Sunan Giri Gresik
setidaknya bisa dicapai dengan melewati tiga pilihan akses masuk, yaitu dari
arah Masjid Sunan Giri, dari undakan tengah dengan melewati gapura candi bentar
dan patung naga berukuran besar, serta masuk dari arah Makam Sunan Prapen. Boleh
dikatakan bahwa makam ini terlihat jauh lebih ramai dikunjungi para peziarah
ketimbang makam cucunya, meskipun Giri justru mengalami masa kejayaan pada
jaman Sunan Prapen memerintah. Mungkin karena lebih sepuh dan juga pendiri
dinasti Giri Kedaton, selain makamnya juga lebih dekat dengan Masjid Sunan
Giri. Bangunan cungkup yang tampak di sebelah kiri adalah makam Sunan Dalem
(Zainal Abidin) yang adalah putera pertama dari Sunan Giri. Sedangkan Makam
Sunan Giri sendiri berada di sebelahnya, dengan fondasi batuan putih dan
dinding gebyok kayu dengan detail ukiran yang rumit dan indah. Hanya saja
memang perawatannya menjadi sangat menantang.
Sunan Giri adalah putera Maulana
Ishaq (anak Syekh Jumadil Qubro) dengan Dewi Sekardadu, Putri Prabu Menak
Sembuyu, penguasa Blambangan. Syekh Jumadil Qubro datang dari Samarkand ke
Pulau Jawa bersama kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan
Maulana Ishaq. Adalah Maulana Ishaq yang mengislamkan Pasai dan tinggal di
sana. Penampakan pada bagian luar Makam Sunan Giri Gresik dengan ornamen
bentuk-bentuk lengkung simetris dan repetitif pada fondasi batuan putihnya,
serta dinding gebyog kayu dengan ornamen ukiran yang cantik. Sebuah karya seni
ukir budaya Jawa tinggi untuk menunjukkan penghormatan dan kecintaan masyarakat
kepada sang penghuni makam.
Di atas pintu masuk ke bagian
terdalam Makam Sunan Giri terlihat hiasan seperti kala dengan dua taring
runcing mencuat ke atas, dan dijaga dua ekor naga dengan mulut menganga di sisi
kiri kanan pintu dengan badan naik ke atas sepanjang kusen. Hal ini bisa menunjukkan
kedekatan sang Sunan dengan budaya Jawa, Hindu dan Tiongkok.
Di dalam makam bagian paling dalam
kabarnya tersimpan Keris Kala Munyeng yang dibuat oleh Mpu Supo dan sebuah
sajadah yang digunakan ketika beliau masih hidup. Konon terjadi wabah penyakit
di wilayah Blambangan ketika Sunan Giri lahir, sehingga Prabu Menak Sembuyu
memaksa puterinya membuang dan menghanyutkan bayinya ke Selat Bali. Bayi itu
pun ditemukan oleh sekelompok pelaut, dibawa ke Gresik, dan diangkat anak oleh
Nyai Gede Pinatih, saudagar pemilik kapal, dan diberi nama Joko Samudra, nama
kecil Sunan Giri. Setelah dewasa ia Nyai Gede Pinatih untuk berguru pada Sunan
Ampel yang mengetahui siapa sebenarnya muridnya itu. Sunan Ampel pun mengirim
Joko Samudra belajar di Pasai tempat ayahnya tinggal, didampingi Sunan Bonang.
Keduanya diterima Maulana Ishaq. Joko Samudra, yang lahir sebagai Raden Paku,
akhirnya tahu asal usulnya setelah bertemu ayahnya. Setelah tiga tahun di
Pasai, Raden Paku atau Raden ‘Ainul Yaqin kembali ke Jawa dan mendirikan
Pesantren Giri di Desa Sidomukti, Kebomas, pada 1487. Pesantren Giri berkembang
menjadi kerajaan kecil Giri Kedaton, dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama
Islam di Jawa yang pengaruhnya menyebar sampai ke Lombok, Kalimantan, Madura,
Maluku, dan Sulawesi.
Patung naga bermahkota berukuran
sangat besar dengan mulut menganga yang menjaga di depan candi bentar Makam
Sunan Giri. Candi bentar itu berada di puncak undakan pada jalan masuk k makam
yang di bagian tengah area. Sungguh bijak bahwa sang sunan dan muridnya tetap menjaga
dan melestarikan simbol-simbol dan seni budaya lokal seperti ini. Pengemis dan
kemiskinan memang sulit dihilangkan dari muka bumi. Candi bentar dan patung naga
itu dibuat dari batu gamping dengan tekstur yang sangat menarik. Nama Sunan
Giri sering dikaitkan dengan permainan Jelungan, tembang Lir-ilir yang masih dikenal
hingga sekarang, Cublak Suweng, serta tembang Asmaradana dan Pucung. Namun tembang
Lir Ilir juga sering disebut sebagai karya Sunan Kalijaga, wali yang sangat
dihormati karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Kompleks
Makam Sunan Giri Gresik menunjukkan contoh nyata dari kearifan para Sunan, wali
dan mubaligh zaman dahulu untuk tidak mencabut masyarakat dari akar-akar
budayanya. Mereka justru menggunakan seni dan budaya lokal secara bijak untuk
lebih mendekatkan mereka kepada masyarakat sehingga pesan dakwahnya lebih mudah
dicerna dan diterima. Di atas pintu masuk ke bagian terdalam Makam Sunan Giri
terlihat hiasan seperti kala dengan dua taring runcing mencuat ke atas, dan
dijaga dua ekor naga dengan mulut menganga di sisi kiri kanan pintu dengan
badan naik ke atas sepanjang kusen. Hal ini bisa menunjukkan kedekatan sang
Sunan dengan budaya Jawa, Hindu dan Cina. Dinding kayu dengan detail ukiran
berwarna keemasan yang rapat dan indah, berada di samping pintu masuk ke
ruangan paling dalam dimana terdapat jirat kubur Sunan Giri dan pusaka serta sajadah
peninggalannya. Selain sulit membuat ukiran semacam itu, sulit pula
perawatannya.
5/16. Pintu
Dalam
Suasana di sisi sebelah kiri
diantara gebyok luar dan gebyok dalam. Ada banyak alasan mengapa orang senang
berkunjung, membaca ayat suci, dan berdoa di makam orang yang dianggap memiliki
kelebihan dan dihormati semasa hidupnya. Suasana di sekitar Makam Sunan Giri.
Bangunan joglo di sebelah kiri adalah tempat menunggu para peziarah sebelum dan
setelah masuk ke makam. Kota merah seperti bentuk kotak pos di sebelah kanan
adalah tempat peziarah memasukkan derma kepada pengurus makam. Salah satu makam
tua di halaman kompleks Makam Sunan Giri. Bentuk makam seperti ini tampaknya
sudah jarang digunakan. Selain pengrajinnya semakin langka, orang sekarang
banyak yang lebih suka menggunakan keramik ketimbang ukiran batu semacam ini. Pandangan
tengah dari bawah candi bentar, dengan besi yang memisahkan jalan bagi pengunjung
yang baru datang dan pengunjung yang hendak pergi meninggalkan makam. Beberapa
orang pengemis tampak tengah duduk di undakan terakhir menanti peziarah. Candi
bentar Makam Sunan Giri dilihat dari undakan di bawahnya. Undakan dengan
pegangan besi di tengahnya ini cukup panjang, karena Makam Sunan Giri memang
berada di puncak perbukitan. Siluet di sebelah kanan adalah salah satu dari
patung naga di depan candi bentar yang berukuran sangat besar. Pandangan dari
undakan yang lebih rendah lagi ke arah candi bentar, memperlihatkan dinding bata
telanjang di sebelah kiri kanan undakan, serta seng penutup di bagian atas.
Hujan memang tampaknya sering turun di daerah ini. Penampakan pada sebuah
dinding batu gambing yang berwarna putih kecoklatan. Candi bentar dan patung
naga di Makam Sunan Giri dibuat dari batu gamping dengan tekstur yang sangat menarik
ini. Sepasang candi bentar yang ada di jalur masuk tengah ke Makam Sunan Giri.
Pengemis dan kemiskinan memang sulit dihilangkan dari muka bumi, namun mungkin
ada cara yang lebih manusiawi agar mereka tidak mendeprok di sana.
Daftar Pustaka :
http://www.thearoengbinangproject.com/makam-sunan-
giri-gresik/1/ diakses pada pukul 22.49
http://www.thearoengbinangproject.com/makam-sunan-
giri-gresik/2/ diakses pada pukul 22.49
http://www.thearoengbinangproject.com/makam-sunan-
giri-gresik/3/ diakses pada pukul 22.49
http://www.thearoengbinangproject.com/makam-sunan-
giri-gresik/4/ diakses pada pukul 22.49
0 komentar:
Posting Komentar