Kesultanan Bacan (1660-1935)
Kesultanan Bacan adalah suatu
kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama
yang memeluk Islam adalah Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521.
Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua Barat.
Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool yang terletak di Raja Ampat dan
beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi pemerintahan kerajaan
Bacan.
Menurut Hikayat Bacan, yang
dipublikasikan pada 1923 oleh W. Ph. Coolhaas dalam Tijdschrift van het
Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap (jilid LXIII, penerbitan
kedua), disebutkan bahwa pada zaman dahulu kala pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian,
dan Bacan menyatu dalam satu semenanjung, yang dinamakan Tanah Gapi. Kemudian datanglah
seorang saudagar sekaligus pendakwah dari Jazirah Arab yang bernama Jafar Sadek
ke Tanah Gapi. Jafar Sadek mempunyai empat orang anak laki-laki dan empat orang
anak perempuan. Ketika anak-anaknya telah menginjak dewasa, Jafar Sadek berdoa
kepada Allah SWT agar anak-anaknya kelak dijadikan raja di tempat yang
berlainan, dan setelah itu terdengar guntur, kilat, hujan dan angin ribut di
malam yang gelap gulita. Akibatnya, Tanah Gapi terpecah menjadi pulau-pulau.
Anak lelaki pertama, Buka, kemudian bertolak ke Makian dan menjadi cikal bakal
Kerajaan Bacan. Anak lelaki kedua, Darajat, bertolak ke Moti dan menjadi cikal bakal
Kerajaan Jailolo. Anak lelaki ketiga, Sahajat, pergi ke Tidore dan menjadi
cikal bakal Kerajaan Tidore. Anak lelaki keempat, Mashur Malamo, berlayar ke
Ternate dan menjadi cikal bakal Kerajaan Ternate, sedangkan keempat anak
perempuannya pergi ke Banggai dan bermukim di sana. Kesultanan Bacan merupakan
salah satu dari empat Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di
Maluku) yang ada di Maluku Utara.
Kedudukan awal Kerajaan Bacan
bermula di Makian Timur, kemudian dipindahkan ke Kasiruta lantaran ancaman
gunung berapi Kie Besi. Kebanyakan rakyat Bacan adalah orang Makian yang ikut
dalam evakuasi bersama rajanya. Diperkirakan, Kerajaan Bacan didirikan pada
tahun 1322. Tidak jelas bagaimana proses pembentukannya tetapi bisa ditaksir
sama dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Maluku, yakni bermula dari pemukiman
yang kemudian membesar dan tumbuh menjadi kerajaan.
Raja pertama Bacan, menurut
hikayat tersebut adalah Said Muhammad Bakir, atau Said Husin, yang berkuasa di
Gunung Makian dengan gelar Maharaja Yang Bertahta Kerajaan Moloku Astana Bacan,
Negeri Komala Besi Limau Dolik. Raja pertama ini berkuasa selama 10 tahun, dan
meninggal di Makian. Pada 1343, bertahta di Kerajaan Bacan Kolano Sida Hasan.
Dengan bekerja sama dengan Tidore, Sida Hasan berhasil merebut kembali Pulau
Makian dan beberapa desa di sekitar Pulau Bacan dari tangan Raja Ternate, Tulu
Malamo.
Hikayat Bacan juga menyebutkan
bahwa Sida Hasan naik tahta menggantikan ayahnya Muhammad Hasan. Pada masa Sida
Hasan inilah terjadi evakuasi ke Bacan. Orang-orang Makian yang dievakuasi ke
Bacan menempati kawasan Dolik, Talimau dan Imbu-imbu. Raja yang berkuasa
setelah itu adalah Zainal Abidin. Sayangnya, hikayat ini tidak menjelaskan
kapan Sida Hasan maupun Zainal Abidin berkuasa. Kemungkinan besar keberadaan
raja atau raja-raja tertentu sebagai mata rantai yang hilang antara masa Sida
Hasan dan Zainal Abidin, karena Sida Hasan dikabarkan bertahta pada 1343,
sementara Zainal Abidin pada 1522.
Bacan, dalam bahasa setempat
memiliki arti harfiah membaca. Membaca di sini dimaknai dengan memasukkan
sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke
dalam otaknya untuk menjadi pengetahuan. Makna tersebut tidak bisa dilepaskan
juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan kala itu.
Kesultanan Bacan dalam Kesultanan
Moloku Kie Raha memiliki peranan penting sebagai pemasok bahan-bahan pangan
untuk seluruh wilayah Maluku Utara. Pada masa kejayaannya dulu, wilayah
kekuasaan Kesultanan Bacan tergolong cukup luas, yaitu dari sebagian daerah di Sulawesi
bagian utara, Filipina bagian selatan hingga ke wilayah Papua sebelah barat.
Tidak hanya itu, Pulau Bacan yang menjadi pusat Kesultanan Bacan memiliki
kekayaan hasil alam yang diminati dunia internasional pada waktu itu berupa
rempah-rempah, seperti cengkeh dan pala. Tak heran kalau bangsa Portugis
sebelum mengunjungi kawasan Maluku dengan Kepulauan Rempah-Rempah (as Ilhas de
Crafo).
Pengaruh bangsa Eropa pertama di
Pulau Bacan diawali dengan kedatangan bangsa Portugis untuk mencari rempah-rempah
yang menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi di pasar Eropa
kala itu. Bermula dari inilah akhirnya Pulau Bacan secara silih berganti menjadi
koloni sejumlah negara dari Eropa, seperti Portugis, Spanyol, dan terakhir
Belanda. Perebutan monopoli akan rempah-rempah tersebut, pada tahun 1889 sistem
monarki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem ke pemerintahan di bawah kontrol
Hindia Belanda.
Daftar sultan bacan
1660 - 1706 Sultan Alauddin II
1706 - 1715 Sultan Musa
Malikuddin
1715 - 1732 Sultan Kie Nasiruddin
1732 - 1741 Sultan Hamza Tarafan Nur
1741 - 1780 Sultan Muhammad Sahadin
1780 - 1788 Sultan Skander Alam
1788 - 1787 Sultan Muhammad Badaruddin
1797 - 1826 Sultan Kamarullah
1826 - 1861 Sultan Muhammad Hayatuddin
1795 - 1861 Kornabei
Syah Putera
1862 – 1889 Sultan
Muhammad Sadik Syah
1899 – 1935 Sultan
Muhammad Usman Syah
Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Bacan diakses pukul 22.49
0 komentar:
Posting Komentar