Minggu, 05 Juni 2016

Biografi Sultan Hasanuddin

Sumber : https://www.google.co.id/search?q=sultan+hasanuddin&biw=1366&bih=657&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjK3PPRoJLNAhVLK48KHceVBV4Q_AUIBigB#imgrc=UICFRVh5aATkuM%3A

Beliau lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja, oleh Belanda ia di juluki sebagai Ayam Jantan Dari Timur atau dalam bahasa Belanda disebut de Haav van de Oesten karena keberaniannya melawan penjajah Belanda.. Beliau diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia 24 tahun (tahun 1655).


Beliau merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.

Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun 1660. Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan taklukan dari Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi Aru Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut berakhir dengan perdamaian. Akan tetapi, perjanjian dama tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu de Walvis dan Leeuwin. Belanda pun marah besar.

Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh Cornelis Speelman. Aru palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang Kerajaan Gowa. Sultan

Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk menandatangani perjanjian paling terkenal yaitu Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Pada tanggal 12 April 1668, Sultan Hasanuddin kembali melakukan serangan terhadap Belanda. Namun karena Belanda sudah kuat maka Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil dikuasai Belanda.

 Daftar Pustaka :
http://www.biografiku.com/2011/08/biografi-sultan-hasanuddin-ayam-jantan.html

Biografi Raden Fatah



Sumber gambar :   http://daerah.sindonews.com/read/966564/29/raden-fatah-khalifah-untuk-tanah-jawa-1424350627



Raden Patah adalah seorang berdarah campuran China dan Jawa yang lahir di Palembang pada tahun 1455. Ia merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Patah dikenal dengan banyak nama dan gelar antara lain Jin Bun, Pate Rodim, Tan Eng Hwa, dan Aryo Timur. Kisah hidupnya sangat menarik untuk kita pelajari. Perjuangan, kerja keras, dan sikap toleransinya sangat baik untuk diteladani, oleh karenanya mari kita simak silsilah, biografi, hingga makam dan akhir hayat dari pendiri Masjid Agung Demak ini. Raden Patah, Silsilah, Biografi, dan Perjalanan Hidupnya Asal Usul dan Silsilah Raden Patah Raden Patah merupakan silsilah anak dari Raja Brawijaya dengan selir China bernama Siu Ban Ci. Raja Brawijaya sendiri merupakan raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang memerintah sejak tahun 1408 hingga 1501. Hubungan antara Raja Brawijaya dengan selirnya ini membuat Ratu Dwarawati, isteri Brawijaya cemburu. Karena kecemburuannya itu, Raja dipaksa untuk membuang selir itu agar tidak tetap tinggal di istana. Meski tengah hamil besar, Siu Ban Ci terpaksa harus angkat kaki menuju Palembang untuk tinggal di anak Brawijaya yang merupakan bupati Palembang masa itu, yakni Arya Damar. Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Ban Ci kemudian menikah dengan anak tirinya sendiri yang tak lain adalah Arya Damar. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang putra bernama Raden Kusen. Biografi dan Perjalanan Hidup Raden Patah Seiring berjalannya waktu, Raden Patah tumbuh dewasa. Di masa itu, ia diminta menggantikan ayah tirinya menjadi bupati Palembang, namun dengan berbagai alasan ia menolaknya. Ia memilih kabur dan pergi kembali ke Tanah Jawa. Kepergiannya itu kemudian disusul oleh adik tirinya setelah beberapa bulan kemudian. Baik Raden Patah dan Raden Kusen, keduanya pergi ke Jawa dan menolak menjadi bupati tidak lain adalah karena ingin memperdalam ilmu agama Islam. Islam kala itu memang tengah mengalami perkembangan pesat di tanah air. Mereka berdua belajar ke Sunan Ampel di Surabaya. Setelah beberapa tahun mengaji, Raden Kusen kemudian kembali ke kerajaan kakeknya, yakni Brawijaya di Majapahit, sedangkan Raden Patah malah menuju Jawa Tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi dan menjadikannya sebagai tempat syiar Islam dengan mendirikan pesantren. Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak Seiring berjalan sang waktu, Raden Kusen kini telah menetap di kerajaan Majapahit dan telah diangkat sebagai adipati. Bersamaan dengan itu, pesantren yang didirikan Raden Patah pun berkembang dengan pesat dan maju. Mengingat kemajuan pesantren tersebut, Raja Brawijaya yang tak lain adalah ayah dari Raden Patah khawatir jika pesantren tersebut akan digunakan oleh Raden Patah sebagai alat untuk melakukan pemberontakan. Untuk menghindari hal itu, Raja Brawijaya pun menyuruh cucunya, yang tak lain adalah adik tiri dari Raden Patah – Raden Kusen, untuk mengundang Raden Patah. Sesampainya di Istana, Raja Brawijaya sangat-sangat kagum dengan sosok Raden Patah yang sangat sederhana, santun, berwibawa, dan berbudi. Brawijaya pun sangat senang melihat anak dari selirnya itu memiliki kepribadian kuat. Menyadari hal itu, Brawijaya pun mengangkat Raden Patah sebagai bupati Glagah Wangi. Tak berselang lama, Raden Patah pun merubah nama Glagah Wangi menjadi Demak dan menetapkan ibukotanya di Bintara. Di bawah pimpinan Raden Patah, Demak berkembang sangat pesat dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Raden Patah, Silsilah, Biografi, dan Perjalanan Hidupnya Perang antara Kerajaan Majapahit dan Demak Perang antara Demak dan Kerajaan Majapahit dikisahkan di dalam Babad Jawi. Dalam babad tersebut, diketahui bahwa Sunan Ampel pernah berpesan pada Raden Patah untuk tidak memberontak ke kerajaan Majapahit, karena bagaimanapun Raja Brawijaya adalah ayahnya sendiri –meski berbeda agama. Pesan itu bertahan dan digubris oleh Raden Patah selama Sunan Ampel hidup. Namun setelah sunan Ampel wafat, pesan itu terpaksa harus diingkari karena beberapa hal. Secara terpaksa Raden Patah pun memberontak pada kerajaan Majapahit, dan Raja Brawijaya meningal pada pemberontakan itu. Semenjak pemberontakan itu, kerajaan Demak semakin berkembang pesat. Kerajaan tersebut menjadi pusat perkembangan agama islam dipulau Jawa dan menjadi kerajaan islam pertama di Jawa. Beberapa bangunan bukti kemajuan kerajaan demak masih dapat kita jumpai saat ini, contohnya Masjid Agung Demak yang pada 1479 diresmikan oleh Raden Patah Sendiri. Keturunan Raden Patah Menurut naskah babad Jawa, Raden Patah mempunya 3 istri yang antara lain: Putri Sunan Ampel yang kemudian melahirkan Raden Surya dan Raden Trenggana. Kedua anak dari isteri pertama ini secara berurutan kemudian naik takhta. Raden Surya bergelar Pangeran Sabrang Lor dan Raden Trenggana bergelar Sultan Trenggana. Seorang putri dari Randu Sanga yang kemudian melahirkan Raden Kanduruwan yang pada pemerintahan Sultan Trenggana berjasa dalam menaklukkan Sumenep, Madura. Putri bupati Jipang yang kemudian melahirkan Raden Kikin dan Ratu Mas Nyowo. Wafat dan Makam Raden Patah Raden Patah meninggal pada usia 63 tahun karena sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan tidak jauh dari masjid Agung Demak dan hingga saat ini makam raden patah tersebut masih tetap terawat dengan baik dan ramai dikunjungi banyak orang. Demikianlah pemaparan tentang Biografi Raden Patah, asal usul, silsilah, perjalanan hidup selama membangun kerajaan Demak, dan jasanya terhadap perkembangan agama islam di Tanah Jawa. Semoga bisa bermanfaat ya.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2014/11/raden-patah-silsilah-biografi-makam-demak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.

Kamis, 02 Juni 2016

Profil Penyusun dan Dosen

PENYUSUN

Nama   : Difa Zhuhra
NIM    : 11151020000008
TTL     : Jakarta, 23 November 1996
E-Mail  : difa.zhuhra1996@gmail.com









Nama   : Rizki Romadhon
NIM    : 11151020000009
TTL     : Jakarta, 22 Januari 1998
E-Mail  : rizkiromadhon2318@gmail.com









Nama   : Salman Al Farisi
NIM     : 11151020000035
TTL      : Tangerang, 1 November 1995
E-Mail  : saf586687@gmail.com









Nama   : Agitya Estetika Nisa
NIM     : 11151020000040
TTL      : Wonosobo, 17 Juli 1997
E-Mail  : agityanis@gmail.com

















DOSEN














Nama   : Drs. Hj. Siti Nadroh, M.Ag
TTL     : 14 Juli 1972
E-Mail : siti.nadroh@yahoo.co.id/sitinadroh@hotmail.com

Minggu, 29 Mei 2016

Ritual Dan Tradisi Islam Jawa

Judul ebook : Ritual Dan Tradisi Islam Jawa

          Buku ini menejelaskan tentang Islam Nusantara di masayarakat suku Jawa yang kaya atau penuh dengan berbagai tradisi. Ritual atau Tradisi tersebut dilakukan atau muncul karena adanya asimilasi budaya saat penyebaran Islam dulu di pulau Jawa. Ada juga yang merupakan bentuk dari penyebaran Islam yang dilakukan oleh Walisongo dulu yaitu dengan mengubah isi dari ritual tersebut yang tadinya bersifat magis menjadi islami.

Kaidah fiqih, Saksi, Bukti, dan Sumpah

Judul ebook : Kaidah fiqih, Saksi, Bukti, dan Sumpah

          Buku ini menjelaskan mengenai permasalahan hukum terutama terkait saksi, bukti, dan sumpah. Seseorang yang menuduh orang lain berbuat sesuatu harus membawa bukti atau saksi, namun jika kurang kuat maka si tertuduh haruslah bersumpah. Bukti atau saksi pun harus memenuhi beberapa syarat yang bisa dilihat pada buku ini.


SUNAN GUNUNG JATI CIREBON

Juduk ebook : SUNAN GUNUNG JATI CIREBON

Buku ini membahas tentang biografi Sunan Gunung Jati atau Syarif hidayatullah yang merupakan salah satu dari Wali songo. Masyarakat Cirebon mempercayai bahwa beliau lah yang mempunyai andil terbesar dalam membangun Kota Cirebon sehingga menjadi salah satu kota terbesar dan terkaya di pulau Jawa. 

Pengaturan Rakyat Tergantung Pada Kemashlahatan

Judul ebook : Pengaturan Rakyat Tergantung Pada Kemashlahatan


          Buku ini membahas tentang politik islam atau pemerintahan Islam sesuai dengan kaidah fiqih. Pemerintahan islam memiliki peranan yang sangat penting karena terlibat langsung dalam pengambilan keputusan yang bisa berdampak luas bagi negerinya. Bahwa pengambilan keputusan harus mementingkan kemashlahatan umum, sesuai syariat islam, dan pro rakyat.